ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH...

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH... SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI...
Blog ini berisi share dari berbagai situs yang kami telusuri, yang terkadang kami cantumkan sumbernya, namun juga terkadang tidak kami cantumkan sumbernya karena sesuatu hal, maka kami mohon ma'af jika ada artikel dari blog lain yang kami copy paste disini ternyata tidak kami cantumkan sumbernya.
SEMOGA BERMANFA'AT...

Jumat, 20 Juli 2012

KISAH PENYANDANG CACAT YANG MENGHIDUPI IBUNYA

( The Globe Journal,.By: Chairul Sya'ban Mahdi)

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

Pada Sabtu sore ,

Seperti biasa para pedagang maupun bukan pedagang mulai sibuk menghentikan aktivitasnya setelah seharian mencari nafkah. Maklum, jarum jam sudah menunjukkan pukul 18:30 wib, saatnya matahari mulai terbenam, dan pergantian siang dengan malam.

Pada waktu itu The Globe Journal singgah di salah satu warkop, tepatnya di tengah kota Lhoksukon, Aceh Utara. Tiba-tiba saja, terdengar suara “Sssalamualaikum,, sedekah bacut,” (assalamualaikum sedekah sedikit-red).
Sontak terharu The Globe Journal ketika melihat seorang pria muda berpakai peci serta memakai pakaian compang-camping. Jalan Terseret dan ngesot/nyeret…

Pria tersebut mengulurkan tangannya ke para pengunjung, dari meja ke meja, bergantian. Pengunjung pun ikut prihatin, mereka memberikan rupiah kepada pria tersebut.
“Alhamdulilah” ucap pria itu.

Pria itu namanya adalah Mahdi berusia 32 tahun. Dia penyandang cacat, mencari nafkah dengan cara ngesot alias berjalan dengan lutut sambil menyerat badannya.

Mahdi adalah anak kelima dari lima bersaudara, pasangan almarhum Tgk. Imuem Cut Ali ( 60) dan Ummi (60). Sambil menunggu uluran tangan dari orang-orang yang mengasihaninya,
The Globe Jounal mendapat kesempatan untuk mengobrol dengan pria yang pantang menyerah demi memenuhi kebutuhan ekonomi.

Recehan demi recehan ia kumpulkan dan disimpan di tas ukuran kecil yang digantung dilehernya. Tubuhnya pun tak berhenti mengeluarkan tetes keringat jagung yang terus membasahi pakaiannya. Meski demikian, ia tak terus bergerak untuk mencari nafkah dengan cara ngesot.

“Saya mencari nafkah demi ibunda tercinta, apa lagi beliau sudah lanjut usia,”ujar Mahdi sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang ia bawa.

Saat ditanyai The Globe Journal, ia mengaku hanya di Lhoksukon saja mencari nafkah. “Saya khusus di Lhoksukon saja, karena saya cuma bisa ngesot dan tidak bisa pergi jauh,”imbuhnya lagi.
Mahdi saat ini masih tinggal bersama ibunda tercinta, dirumah reot berdinding papan yang lapuk, di Desa Trieng, Lhoksukon.

Meski basah dengan keringat, Mahdi tampak santai dan melemparkan senyuman sumringah kepada setiap orang yang melintas didepannya. Suatu ketika Mahdi pernah mengajukan proposal kepada Pemkab Aceh Utara untuk bantuan becak dayung tangan. Namun, permohonan itu sama sekali tidak ada respon oleh dinas terkait, ceritanya.

"Kata orang di pemerintah, masih banyak yang membutuhkan selain saya,” ujar Mahdi. Namun ia tetap berharap suatu saat nanti pemerintah mau memberikan satu becak untuknya.

Waktu terus berjalan, adzan pun mengudara memanggil kaum muslimin. Mahdi mulai menghitung hasil pendapatannya untuk hari ini.
“Alhamdulilah…hari ini saya dapat rezeki lima puluh ribu. Maklum karena hari pekan,”ucapnya lagi sambil bercanda tawa. “Uang ini untuk beli ikan dan sayur, untuk makan sehari-hari. Saya tinggal bersama ibu, sedangkan abang saya semuanya sudah memiliki isteri dan tinggal ditempat berbeda,”ujarnya.

Saat menghitung hasil pendapatan, Mahdi dijemput oleh salah seorang abang kandungnya bernama Syahrul Bahri (38) dengan menggunakan sepeda motor. Mahdi dijemput sang abang untuk pulang ke rumah, karena langit mulai menghitam untuk berganti malam.

“Dia adik kandung saya, saya hanya menjemputnya saja untuk pulang,”ujar sang abang.


Mahdi terdengar mengeluhkan kondisi kakinya yang kaku, sama sekali tidak bisa bergerak. Sesekali ia merasa perih kesakitan akibat berjalan secara mengesot. “Saya pulang dulu,”pamit Mahdi kepada The Globe Journal sambil mengucapkan salam.

Semoga kata yang terserak bisa menjadi secercah cahaya bagi jiwa yang haus makna, dan menjadi nasihat bagi para pencari kebenaran. Cerita sederhana ini bisa menjadi inspirasi bagi insan yang sedang tumbuh bersiap dan senantiasa berbenah bagi kehidupan yang lebih baik.

Semoga Bermanfaat

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar